Bunda Thifa Taman Bestari Sekolah Rumah
The Beauty of Home Education
Sabtu, 16 Mei 2009



"Bun, nanti aku mau setel VCD ya?"
"Hmm, jam tujuh ada deklarasi lho, Kak,"
"Oh, malam ini, Bun? Deklarasi Demokrat? Yang di Bandung?"


Itu sepenggal percakapan ketika Thifa menghabiskan makan malamnya. Ia memutuskan untuk menonton televisi berita. Setelah menyalakan televisi dan memilih televisi berita mana yang akan ditonton, Thifa mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan. Dia sempat menunjukkan hasil tugasnya padaku, yang sedang mengerjakan tugas juga. Selanjutnya, ia berganti pakaian dan duduk tenang di depan televisi. Aku tak lagi sempat memperhatikan apa yang sedang ia kerjakan. Sesekali terdengar suaranya, "Bun, aku mau tulis-tulis" dan "Hahaha, untuk Esok yang Lebih Baik, kata SBY, sama kayak yang di kantong plastik Carrefour tuh, Bun" Aku hanya mengiyakan sambil terus membuat adonan brownies.

Setelah selesai pidato SBY dan Boediono, Thifa sempat menengokku ke dapur dan memesan brownies khusus untuknya, tanpa kacang. Tak lama kemudian Thifa naik ke kamar tidur, sedangkan aku masih menunggu beberapa batch loyang brownies yang sedang dipanggang sambil berbincang dengan mbak Endah di ruang maya.

Setelah semua selesai, aku beranjak untuk tidur. Tiba-tiba, aku teringat dengan 'tulis-tulis' yang Thifa lakukan. Di atas meja di depan televisi, ada dua lembar kertas dengan tulisan menggunakan spidol hitam. Ketika aku membacanya, aku kembali bercakap dengan mbak Endah, "You won't believe it," kataku. "Dia nyatet pidato deklarasinya SBY-Boediono!" Ada beberapa point kalimat yang ia tuliskan. Dan, itu memang ada dalam pidato kedua tokoh itu. Hm, sebuah keuntungan di mana kedua tokoh itu berbicara dengan tempo sedang dan teratur, sehingga anak seusia Thifa dapat mendengarkan dengan seksama dan memiliki kesempatan untuk mencerna dan menuliskannya kembali. Thifa memang fans berat SBY. Sejak pilpres tahun 2004, Thifa menyebut SBY dengan 'abah Iye' seperti caranya memanggil kakeknya. Di pilleg tahun ini, ia terlihat sangat tertarik dengan semua proses yang terjadi. Masa kampanye tiap partai termasuk kampanye caleg-caleg menarik perhatiannya. Termasuk pilpresnya sekarang.

Kalau dilihat dari isi catatan deklarasi versi Thifa, ada beberapa poin yang ternyata menarik perhatian anak seusianya sehingga ia mencatat.

  • Thifa dapat mencerna alasan pasangan SBY-Boediono untuk berpasangan, yaitu Boediono cerdas dan SBY Perduli

  • Pilihan kata-kata yang diucapkan kedua tokoh itu membuat anak usia 5,5 tahun mampu mengingat inti karena berupa kalimat pendek yang bermakna, seperti 'satukan langkah' dan 'percaya suara kita'. Menurut Mbak Endah, kalimat yang dicatat oleh Thifa adalah inti yang mewakili semantik yang kompleks untuk setiap baris.

Beberapa kalimat selanjutnya yang dicatat oleh Thifa adalah penggalan-penggalan ucapan yang cukup jelas. Seperti alasan memilih kota Bandung sebagai lokasi deklarasi dan apa yang menjadi tujuan pembangungan mendatang, seperti (akan) melakukan perubahan, Indonesia adil, korupsi kita berantas, dan Indonesia maju. Beruntung juga punya tokoh yang mampu bertutur dengan kalimat yang sangat jelas dan baik secara bahasa. Menyenangkan juga bahwa Thifa dapat belajar untuk membuat catatan dipandu oleh tokoh nasional, meskipun lewat tayangan televisi. Membahagiakan juga melihat Thifa punya ketertarikan dan kemauan untuk belajar setiap saat.

1 Comments:

At 18 Mei 2009 pukul 21.50, Anonymous Anonim said...

Ck...Ck...Ck...ponakan bulik satu ini emang cerdas. Amazing deh, anak usia 5.5 tahun kok sudah bisa men-summary kan sebuah pidato. Dik Ella mbok buat buku mengenai pengalaman mendidik Thifa. Ya dengan kacamata seorang Psikolog anak. Aku yang pertama beli deh..(atau dikasih aja hehehe).

Jadi nanti Ayah Bunda pilih SBY BerBUDI ya Kak? ;-)

 

Posting Komentar

<< Home