Bunda Thifa Taman Bestari Sekolah Rumah
Thifa dan Menggambar
Minggu, 03 April 2011


Sejak usianya lebih kecil, Thifa memang senang menggambar. Bunda lupa, ada gak ya arsip di blog ini, hehehe. Yang jelas, kalau dia menulis cerita, pasti ada gambarnya. Ketika pertama kali menulis cerita di usia sekitar 4 tahun, Thifa juga menggambarkan ceritanya. Waktu itu, judulnya Gajah dan (buah) pir. Gambar gajahnya jelas sekali, tanpa meniru atau mencontoh. Buat Bunda, itu mengagumkan karena Bunda tidak bisa menggambar tanpa meniru, hehehe. Nah, sejak saat itu, kami membiarkan Thifa menggambar apa pun, tanpa contoh. Pernah Thifa les gambar bersama teman-temannya, hanya bertahan beberapa kali karena lebih menekankan pada mewarnai. Sampai suatu hari, Thifa menuliskan surat pada gurunya, "Om, kenapa mewarnai harus pakai gradasi?" Karena gurunya hanya menjawab dengan senyum, maka Thifa memutuskan untuk tidak lagi les gambar.
Sampai sekarang, Thifa senang menggambar bebas. Dia bisa menggunakan alat tulis apa pun. Pulpen dan spidol biasanya jadi alat untuk membuat sketsa. Mewarnai pun sekedarnya, karena Thifa tidak terlalu senang duduk lama untuk mewarnai.
Tahun lalu, kami melihat ada mouse pen. Thifa tertarik sekali. Karena harganya lumayan, dia mengumpulkan uang sendiri. Mulai dari menimbang koran bekas dan menjualnya, mengumpulkan uang hadiah untuknya, sampai akhirnya memutuskan untuk menggunakan hadiah beasiswa dari kantor ayahnya untuk membeli alat itu. Alhamdulillah, hasilnya cukup baik untuk pemula.

Menggambar manual pun dilakukan Thifa. Biasanya memang berupa sketsa, karena ya itu, malas mewarnainya. Tahun ajaran ini, Thifa menjadi wakil sekolah untuk lomba menggambar. Alhamdulillah. Meskipun belum berhasil jadi juara, Thifa belajar untuk mengalahkan dirinya agar berhasil mewarnai dengan penuh.